Cari Blog Ini

Jumat, 31 Desember 2010

DUIT NEH,,,,,

http://www.paybox.me/r/baiquniakasanjaya
ikutin petunjuknya,, n dapetin $nya,,,
selamat mncoba... :D

MEKTAN 1 (BAB 1&2)



BAB I
PENDAHULUAN

A.          Latar Belakang

Dalam pengertian teknik secara umum, tanah didefinisikan sebagai suatu material yang terdiri dari agregat (butiran) mineral-mineral padat yang tidak tersementasi (terikat secara kimia) satu sama lain dan dari bahan-bahan organic yang telah melapuk (yang berpartikel padat) disertai oleh zat cair dan gas yang mengisi ruang-ruang kosong diantara partikel padat tersebut.

Pengertian tanah dalam Mekanika Tanah adalah mencakup semua bahan dari tanah lempung hingga batuan. Ini berarti semua yang mencakup endapan alam yang berhubungan dengan Teknik Sipil kecuali batuan tetap, menjadi bagian tersendiri yaitu Mekanika Batuan.

Ilmu Mekanika Tanah (Soil Mechanics) adalah cabang dari ilmu yang mempelajari sifat fisik dari tanah dan kekakuan massa tanah tersebut bila menerima bermacam-macam gaya. Ilmu Rekayasa Tanah (Soil Enginnering) merupakan aplikasi dari prinsip Mekanika Tanah dalam problem-problem praktisnya.

Secara khusus mekanika Tanah mencakup ilmu yang mempelajari struktur, perilaku, dan sifat-sifat tanah untuk mendukung suatu konstruksi di atasnya. Dalam pekerjaan Teknik Sipil, tanah juga digunakan sebagai suatu bahan bangunan, misalnya dalam pembuatan gedung, jalan raya, bendungan, jembatan. Tidak dapat diketahui sejak kapan manusia mulai menggunakan tanah sebagai bahan bangunan. Tetapi dengan pertumbuhan ilmu pengetahuan dan teknologi, perancangan dan pelaksanaan struktur yang lebih baik menjadi lebih diperlukan.

Begitu pentingnya kondisi untuk mengetahui keadaan tanah tersebut, maka sebagai seorang teknisi dituntut untuk mampu mengerti dan mengetahui serta menguasai semua cara pengujian tentang kondisi tanah.

B.          Tujuan Percobaan

Praktikum Ilmu Mekanika Tanah yang dilakukan di lapangan dan di dalam laboratorium bertujuan untuk :
1.      Menentukan jenis, sifat dari tanah yang diambil dari kedalaman yang berbeda, serta menentukan tingkat plastisitas dari tanah.
2.      Menentukan jenis pondasi dan kedalaman yang ideal untuk membuat pondasi suatu konstruksi bangunan.
3.      Mengetahui berat jenis dan kadar air dari sample tanah yang diambil pada percobaan yang dilakukan di lapangan (hand bore).
4.      Mengetahui batas plastis, batas cair, dan hubungan dengan kadar air dari suatu sampel tanah.
5.      Dengan melakukan percobaan-percobaan dapat melatih kita terbiasa bekerja di lapangan, sehingga kita tidak merasa asing apabila kita harus terjun ke lapangan.





















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Suatu bangunan atau konstruksi yang akan didirikan di atas suatu tempat akan sangat dipengaruhi oleh sifat dan jenis tanah di tempat bangunan itu akan didirikan. Untuk itu, maka dibutuhkan penyelidikan-penyelidikan terhadap tanah tempat bangunan itu akan dibangun, yang merupakan hal penting yang kita lakukan dalam merencanakan suatu bangunan.

Jenis-jenis pekerjaan atau percobaan sebelum merencanakan suatu bangunan dibagi menjadi dua dasar, yaitu :
1.      Pekerjaan lapangan, terdiri dari :
a.       Percobaan Sondir
b.      Percobaan Sondir
2.      Pekerjaan laboratorium, terdiri dari :
a.       Percobaan uji kadar air
b.      Percobaan uji berat volume
c.       Percobaan uji batas cair
d.      Percobaan uji batas plastis
e.       Percobaan uji analisa saringan
f.       Percobaan uji analisa hydrometer

Pengambilan sampel terdiri dari dua bagian, yaitu sampel tanah asli dan sampel tanah tidak asli. Kedua sampel dibutuhkan untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan dalam perencanaan suatu konstruksi. Kedua sampel tanah tersebut harus dalam keadaan baik dan normal.

1.            Percobaan Sondir

Percobaan Sondir menggunakan alat Penetrometer. Alat ini digunakan untuk mengetahui perlawanan conus dan jumlah hambatan pelekat. Gaya yang digunakan untuk menekan conus sondir ke bawah diukur dengan manometer yang memberikan nilai tekan conus dalam kg/cm3. Nilai tahanan conus sondir yang terbaca pada manometer menunjukkan kepadatan relative dari suatu tanah yang kita uji.

Ada dua buah macam ujung penetrometer yang biasa dipakai, yaitu standar tipe dan fruction sleene atau Edison jacket tipe. Ujungnya berupa kerucut (conus) 60 dengan luas penampang 10 cm2. Pada macam standar yang diukur hanya perlawanan nilai conus. Sedangkan pada penggunaan macam friction sleene (biconus) nilai conus dan hambatan pelekat keduanya diukur. Pada conus telah digerakkan sejauh 4 cm, maka dengan sendirinya akan mengait friction sleene yang kemudian kita tekankan bersama-sama selama 4 cm. Pembacaan biasanya dapat dilakukan setiap 20 cm dan hasilnya dinyatakan dengan grafis.

2.            Percobaan Boring

Boring merupakan bagian yang utama pada setiap penyelidikan tanah. Ada beberapa cara untuk mendapatkan lubang-lubang bor pada permukaan tanah, salah satunya adalah dengan menggunakan bor tangan. Bor tangan menggunakan auger pada ujung bagian bawah dari serangkaian stang bor. Bagian atas dari stang bor mempunyai tungkai yang digunakan untuk mencabut alat bor tersebut. Pada prinsipnya boring adalah alat untuk mengambil sampel sekaligus untuk mengetahui susunan dan struktur tanah yang akan diuji.

3.              Percobaan Berat Volume

Cara menentukan berat volume tanah adalah dengan menentukan berat sejumlah tanah yang isinya diketahui. Untuk tanah asli biasanya dipakai ring yang dimasukkan di dalam tanah sampai terisi penuh, kemudian atas dan bawahnya diratakan serta ring dan tanahnya diketahui beratnya, maka berat volume dapat diketahui.
Berat Volume tanah =

4.             Percobaan Uji Kadar Air

Setiap tanah mempunyai kadar air yang berbeda-beda, tergantung kondisi tanah. Untuk mengetahui kadar air tanah yang kita inginkan, dilakukan dengan cara mengambil sampel tanah dan ditempatkan dalam container lalu ditimbang (W1). Kemudian sampel tanah tersebut dioven selama 24 jam dengan temperatur 100o – 105o C. Setelah dioven, kita dapat mengetahui berat keringnya (Wc). Kadar air dapat diketahui dengan rumus :
                                     x 100 %

5.             Percobaan Uji Berat Jenis

Berat jenis tanah dibutuhkan untuk mencari komponen-komponen dalam menentukan kondisi atau keadaan tanah. Berat jenis itu adalah perbandingan antara berat volume butiran tanah dengan berat volume tanah yang ditentukan dengan cara mengambil contoh tanah yang akan dicari berat jenisnya kemudian kita bersihkan. Tanah tersebut dioven selama 24 jam lalu lita hancurkan sampai tanah tersebut menjadi butiran yang lolos saringan No. 200. Butiran yang lolos dari saringan dimasukkan ke dalam picnometer sebanyak yang ditentukan lalu ditimbang. Kemudian memberinya air bersih lalu dipanaskan. Pemanasan dihentikan hingga udara di dalam tanah keluar, lalu tambahkan air suling lagi sampai 2/3 tinggi picnometer dan ditimbang. Menimbang pula berat picnometer dengan air suling setinggi 2/3.
                                   

6.             Percobaan Attenberg Limit

Apabila tanah berbutir halus mengandung mineral dari lempung, maka tanah tersebut dapat digulung-gulung tanpa menimbulkan retakan. Sifat kohesif ini disebabkan adanya air yang terserap sekitar permukaan dari partikel lempung dan apabila tanah itu dalam keadaan lembek seperti cairan lalu dibiarkan sampai kering kembali, sedikit demi sedikit akan melewati keadaan tertentu yang dari cair sampai padat. Antara keadaan ini dibatasi oleh batas cair, batas plastis, dan batas susut. Batas-batas tersebut dikenal dengan nama Attenberg limit. Batas cair didefinisikan sebagai kadar air tanah pada batas antara keadaan cair dengan keadaan plastis. Sedangkan batas plastis didefinisikan sebagai kadar air pada batas keadaan semi padat dan keadaan plastis, dan dinyatakan dalam persen. Batas plastis merupakan batas terendah dari tingkat suatu keplastisan tanah.
Secara teoritis yaitu :
                                   
Dimana : n       = Jumlah pukulan
                tg     = 0,121
                Wa   = Kadar air pada ketukan ke-n

7.             Percobaan Uji Analisa Saringan

Sifat suatu tanah tergantung juga pada ukuran butiran, oleh karena itu pengukuran butiran tanah amat penting di dalam mekanika tanah sebagai dasar untuk mengklasifikasikan tanah tersebut. Dalam menentukan ukuran butiran tanah dapat kita lakukan dengan dua cara, yaitu analisa saringan dan analisa hydrometer. Analisa saringan adalah pengayakan dan penggetaran sampel tanah melalui satu set ayakan dari yang terbesar sampai dengan yang terkecil. Pada saringan kasar ukurannya ditentukan menurut dimensi lubangnya. Sedangkan untuk saringan yang lebih kecil lagi, ukuran saringan ditentukan berdasarkan jumlah kawat per-inch.

8.            Percobaan Analisa Hidrometer

Untuk menentukan pembagian ukuran butir dan gradasi tanah maka kita perlu melakukan analisa secara hydrometer. Analisa hydrometer didasarkan pada prinsip sedimentasi butiran tanah ke dalam air bila suatu sampel tanah dilarutkan ke dalam air, butiran tanah tersebut akan memiliki kecepatan untuk mengendap yang berbeda-beda tergantung pada bentuk ukuran serta beratnya.

Alat hydrometer yang biasa digunakan adalah 151 H dan 152 H. analisa hydrometer sangat efektif untuk memisahkan fraksi tanah sampai dengan ukuran 5n.

MEKTAN 1 (BAB 3)


BAB III
PEKERJAAN LABORATORIUM

A. Uji Sondir (Dutch Cone Penetrometer Test)

1. Tujuan

Mengetahui perlawanan tanah terhadap conus dan hambatan pelekat tanah pada kedalaman tertentu sampai nilai conus mencapai 150 kg/cm2.

2. Bahan

Suatu lokasi atau areal yang akan digunakan untuk pekerjaan teknik sipil, seperti jembatan, gedung atau bendungan serta konstruksi teknik sipil lainnya.

3. Peralatan

1. Mesin Sondir
2. Jangka spiral sebanyak 4 buah
3. Ambang penekan berupa besi siku sebanyak 4 buah
4. Conus dan biconus
5. Batang sondir
6. Stang T dan stang pemutar angker
7. Peralatan penunjang :
a.    Kunci monyet 3 buah
b.    Kunci inggris
c.    Oli hidrolik
d.    Oli mesin dan alat penyemprot
e.    Kain pembersih
f.    Cangkul/linggis
g.    Waterpass
h.    Ring conus
i.    Peralatan lainnya

4. Langkah Kerja

1. persiapan sebelum percobaan
a. Membersihkan dan meratakan permukaan tanah lokasi yang akan dilakukan percobaan terlebih dahulu agar alat mesin sondir dapat berdiri tegakdi atas tanah.
b. Membuka baut penutup lubang pengisian oli dan kedua kran manometer, memasang kunci piston pada ujung piston, menekan berkali-kali kunci piston ke atas hingga oli keluar semuanya.
c. Setelah oli lama habis keluar, kran tetap terbuka. Isi oli baru hingga penuh. Menggerakan hunci piston naik/turun secara perlahan-lahan untuk menghilangkan gelembung udara. Setelah gelembung udara habis, tutup kembali lubang pengisian oli.
d. Menutup salah satu kran menometer dan menekan kunci piston pada alas rangka, memperhatikan kenaikan jarum manometer dan menghentikan penekanan serta menahan kunci stang pemutar bila jarum manometer mencapai 25% batas maksimum manometer. Apabila terjadi penurunan pada jarum manometer, berarti ada kebocoran, antara lain pada sambungan nepel, baut penutup oli atau pada sel piston. Melakukan langkah kerja 2b-2d untuk manometer satu lagi.
2. Pemasangan angker dan mesin sondir
a. Menekan batang angker tegak lurus ke permukaan tanah, kemudian diputar sambil ditekan dengan stang pemutar hingga berangsur-angsur masuk ke dalam tanah. Melakukan dengan cara yang sama ketiga angker lainnya.
b. Meletakkan mesin sondir di tengah-tengah diantara empat angker sehingga posisi tegak lurus dan rata terhadap permukaan tanah.
c. Mengambil ambang penekan empat buah dan disusun saling tegak lurus sehingga ujung masing-masing ambang penekan masuk ke drad angker dan dikunci yang kuat dengan baut pemutar sebanyak empat buah.
d. Menstabilkan mesin sondir dengan waterpass untuk mencapai kesetimbangan mesin sondir. Bila belum stabil maka baut pemutar pada angker diatur sehingga mesin sondir akan stabil kembali.
e. Memasang conus/biconus pada drad batang sondir di lubang pemusat kaki sondir tepat di bawah ruang oli. Memasang knop penekan dan mengencangkan.
f. Mendorong treker pada posisi lubang terpotong, memutar engkol pemutar (handle) hingga menyentuh ujung atas batang sondir.
3. Pelaksanaan sondir
a. Memberi tanda batang sondir setiap 20 cm dengan spidol untuk mengetahui pembacaan manometer setiap batang sondir 1 meter.
b. Memutar kembali engkol sehingga conus/biconus masuk ke dalam tanah. Setelah 20 menit, engkol diputar sedikit demi sedikit dengan arah berlawanan. Menarik treker ke depan dalam posisi lubang bulat.
c. Membuka kran yang berhubungan dengan manometer 60 kg/cm2.
d. Memutar engkol kembali sehingga batang sondir tertekan ke dalam tanah dengan kecepatan 2 cm/s.
e. Untuk conus, menekan engkol pemutar dan mencatat angka yang ditunjukkan manometer. Meneruskan penekanan sampai jarum manometer bergerak yang ke dua kalinya dan mencatatnya.
f. Untuk biconus, setelah sondir tertekan 20 cm mencatat pembacaan manometer sebagai pembacaan pertama atau nilai conus.
g. Pada pembacaan pertama ini, engkol pemutar tidak dihentikan tapi terus diputar konstan. Jarum manometer akan bergerak kembali dan tekanan menunjukkan pembacaan ke dua (pembacaan tekanan total sebagai tekanan conus tambah gesekan). Setelah pembacaan ke dua, engkol pemutar dihentikan untuk menjaga agar piston tidak menekan batang sondir, yang akan memberikan pembacaan yang salah.
h. Setelah pembacaan ke dua, memutar engkol perlahan searah jarum jam sampai manometer menunjukkan angka nol yang berarti piston tidak menekan stang dalam batang sondir. Kemudian penekanan terus dilakukan untuk kedalaman 20 cm berikutnya seperti langkah kerja (3).
i. Apabila penekanan jarum manometer menunjukkan angka sama atau lebih dari 50 kg/cm2 atau lebih percobaan dapat dihentikan dan batang-batang sondir dapat diangkat atau dicabur kembali.
4. Pengangkatan batang sondir
a. Memutar engkol pemutar agar piston terangkat.
b. Menarik treker pada posisi lubang penuh.
c. Memasang socket penarik dan memutar engkol hingga treker melewati kepala stang batang sondir.
d. Mendorong treker pada pososo lubang terpotong.
e. Memutar engkol pemutar sehingga batang sondir terangkat hingga batang sondir berikutnya terlihat.
f. Menahan batang sondir tang di bawah dengan kunci pipa agar tangkaian batang sondir tidak terjatuh.
g. Melepaskan batang sondir atas dengan kunci pipa yang lain.
h. Memasang kembali socket penarik seperti langkah kerja (4c).








9.Mengulangi langkah kerja (4) untuk batang
berikutnya.
e.  Perawatan
1.          Membersihkan batang-batang sondir, angker spiral,
conus/biconus dan alat-alat lainnya dari kotoran yang melekat. Khusus batang sondir dan conus/biconus segera dilumuri dengan oli.
2. Memeriksa kembali peralatan (kunci-kunci) yang dipakai, agar tidak ada yang tertinggal.       

5. Data Hasil Percobaan

Kedalaman (cm)
Conus (kg/cm2)
Biconus (kg/cm2)
20
30
60
40
60
65
60
65
80
80
85
95
100
99
105
120
105
120
140
125
140
160
143
150


6. Perhitungan

  1. Perhitungan Hambatan Lekat
HL = (Qc + f ) – Qc
Kedalaman  20 cm   : HL = 100 – 90  = 30 Kg/cm2
Kedalaman  40 cm   : HL = 120 – 120 = 5  Kg/cm2
Kedalaman  60 cm   : HL = 135 – 133 = 15 Kg/cm2
Kedalaman  80 cm   : HL = 140 – 140 = 10 Kg/cm2
Kedalaman 100 cm   : HL = 140 – 140 = 6  Kg/cm2
Kedalaman 120 cm   : HL = 140 – 115 = 15 Kg/cm2
Kedalaman 140 cm   : HL = 120 – 118 = 15 Kg/cm2
Kedalaman 160 cm   : HL = 104 – 100 = 7  Kg/cm2
  1. Perhitungan Hambatan Pelekat
HP = HL x
Kedalaman  20 cm   : HP = 30 x  = 120 Kg/cm2
Kedalaman  40 cm   : HP =  5 x  = 20 Kg/cm2
Kedalaman  60 cm   : HP = 15 x  =  60 Kg/cm2
Kedalaman  80 cm   : HP = 10 x  =  40 Kg/cm2
Kedalaman 100 cm   : HP =  6 x  =  24 Kg/cm2
Kedalaman 120 cm   : HP = 15 x  =  60 Kg/cm2
Kedalaman 160 cm   : HP =  7 x  =  28 Kg/cm2

  1. Perhitungan Jumlah Hambatan Pelekat
JHP = HP
Kedalaman  20 cm   : JHP = 120 Kg/cm2
Kedalaman  40 cm   : JHP = 120 +  20 = 140 Kg/cm2
Kedalaman  60 cm   : JHP = 140 +  60 = 200 Kg/cm2
Kedalaman  80 cm   : JHP = 200 +  40 = 240 Kg/cm2
Kedalaman 100 cm   : JHP = 240 +  24 = 264 Kg/cm2
Kedalaman 120 cm   : JHP = 264 +  60 = 324 Kg/cm2
Kedalaman 140 cm   : JHP = 324 +  60 = 384 Kg/cm2
Kedalaman 160 cm   : JHP = 384 +  28 = 412 Kg/cm2




d. Perhitungan Hambatan Setempat
HS =
Kedalaman   20 cm     : HS =  = 3   Kg/cm2
Kedalaman  40 cm : HS =  = 0,5 Kg/cm2
Kedalaman  60 cm : HS =  = 1,5 Kg/cm2
Kedalaman  80 cm : HS =  = 1   Kg/cm2
Kedalaman 100 cm : HS =  = 0,6 Kg/cm2
Kedalaman 120 cm : HS =  = 1,5 Kg/cm2
Kedalaman 140 cm : HS =  = 1,5 Kg/cm2
Kedalaman 160 cm : HS =  = 0,7 Kg/cm2

e. Perhitungan Jumlah Hambatan Setempat
JHS = HS
Kedalaman  20 cm : JHS = 3 Kg/cm2
Kedalaman  40 cm : JHS =   3 + 0,5 = 3,5 Kg/cm2
Kedalaman  60 cm : JHS = 3,5 + 1,5 = 5   Kg/cm2
Kedalaman  80 cm : JHS =   5 +   1 = 6   Kg/cm2
Kedalaman 100 cm : JHS =   6 + 0,6 = 6,6 Kg/cm2
Kedalaman 120 cm : JHS = 6,6 + 1,5 = 8,1 Kg/cm2
Kedalaman 140 cm : JHS = 8,1 + 1,5 = 9,6 Kg/cm2
Kedalaman 160 cm : JHS = 9,6 + 0,7 = 10,3 Kg/cm2


Tabel Hasil Perhitungan
Kedalaman (m)
PR (Kg/cm2)
FR (Kg/cm2)
f (Kg/cm2)
HP (Kg/cm2)
HP (Kg/cm2)
HS (Kg/cm2)
HS (Kg/cm2)
0,2
30
60
30
120
120
3
3
0,4
60
65
5
20
140
0,5
3,5
0,6
65
80
15
60
200
1,5
5
0,8
85
95
10
40
240
1
6
1,0
99
105
6
24
264
0,6
6,6
1,2
105
120
15
60
324
1,5
8,1
1,4
125
140
  15
60
384
1,5
9,6
1,6
143
150
7
28
412
0,7
10,3


3.1.6 Kesimpulan

Berdasarkan hasil percobaan dan perhitungan, dapat disimpulkan :
1. Lapisan tanah keras berada pada kedalaman 1,6 m.
2. Nilai FR tanah keras mencapai 150 Kg/cm2, sedangkan nilai PR sebesar 143 Kg/cm2.
3. Nilai perlawanan terhadap conus dan hambatan pelekat tanah berubah-ubah pada kedalaman yang berbeda.
4. Percobaan sondir hanya digunakan untuk bangunan bertingkat dua atau lebih, sedangkan bangunan berlantai satu tidak memerlukan percobaan ini.
5. Semakin dalam tanah maka semakin besar perlawanan ujung conus, sebaliknya jika tanah semakin dalam, semakin kecil jumlah hambatan lekat tanah.

















GRAFIK UJI SONDIR










Peta Lokasi Percobaan Uji Sondir
 




























                                    
















Grafik Uji Penetrasi Biconus (Sondir)











3.2 Bor Tangan (Hand Bore)

3.2.1 Tujuan

Mengambil sampel tanah pada kedalaman tertentu untuk mengetahui deskripsi tanah pada kedalaman tertentu untuk pengujian sampel di laboratorium. Dilakukan di sekitar lokasi titik sondir agar didapat korelasi antara kekuatan tanah dengan sifat-sifat karakteristik tanah.

3.2.2 Bahan

Suatu lokasi atau areal di sekitar titik sondir, tempat yang akan digunakan untuk pekerjaan teknik sipil.

3.2.3 Peralatan

1.    Mata iwan (auger)
2.    Batang boring (stang bor)
3.    Stang pemutar (stang T)
4.    Pemutar stang T
5.    Tabung contoh
6.    Stick aparat
7.    Kepala Boring
8.    Kunci pipa
9.    Kunci inggris
10.  Lilin/paraffin/platik
11.  Kaleng lapangan/plastic
12.  Dongkrak
13.  Palu besar
14.  Peralatan penunjang :
a. Oli
b. Sikat baja
c. Kain lap
d. Cangkul dan linggis

3.2.4 Langkah Kerja

1.    Membersihkan lokasi di sekitar lubang yang akan dibor.
2.    Memasang auger pada stang bor dan stang pemutar.
3.    Menekan auger ke dalam tanah sambil diputar, setelah tanah mengisi auger sampai penuh, auger diangkat perlahan-lahan.
4.    Mengeluarkan tanah dari dalam auger untuk dibuat diskripsi jenis tanah (catat : jenis tanah, sifat tanah, warna tanah, tanggal, kedalaman, nomor, dan karakteristik tanah).
5.    Mengulangi langkah kerja (3) dan (4) sampai mencatat kedalaman yang diinginkan untuk pengambilan sampel tanah asli (untuk disturbed sample).
6.    Untuk mendapatkan tanah asli dan tidak terganggu, auger diganti dengan tabung contoh (tube sampler) yang dikencangkan oleh stick aparat. Memasukkan ke dalam lubang yang telah terbentuk.
7.a.Bila tanah cukup keras, mengganti stang pemutar dengan kepala boring dan dipalu perlahan-lahan sampai masuk ke dalam tanah sedalam 40 cm.
  b.Bila tanah cukup lunak, menekan tabung contoh perlahan-lahan sampai masuk sedalam 40 cm, memutar satu kali untuk melepaskan tanah pada dasar lubang dan diangkat.
8. Bila pengangkatan batang boring (auger atau tabung contoh) sangat sulit, dapat menggunakan dongkrak untuk mengangkat batang boring tersebut.
9. Setelah mendapatkan contoh tanah asli, melepaskan tabung dengan kunci stick aparat dan membersihkan tabung dari kotoran atau tanah yang melekat.
10. Menutup kedua ujung tabung dengan cairan lilin atau parafin untuk melindungi sampel tanah dari gangguan atau pengaruh lain.
11.  Menuliskan ke dalam tabung, nomor titik tabung, tanggal pengambilan, lokasi dan lainnya yang dianggap perlu.
12.  Hal yang perlu diperhatikan untuk perawatan :
a. Setiap sambungan batang boring, drad harus dibersihkan dengan sikat baja dan diberi oli sebelum dan sesudah pemakaian.
b. Membersihkan auger dari tanah atau kotoran yang melekat.
c. Tabung contoh harus diberi oli sebelum dipakai, sehingga tanah mudah untuk masuk dan keluar dari tabung.
13.  Catatan :
a. Sampel tanah yang asli diambil dengan tabung adalah pada kedalaman minimal 2 meter.
b. Bila diperlukan untuk pengujian, memasukkan sampel tanah asli ke dalam plastik/kaleng lapangan.
c. Bila mendapat air, mencatat di muka air tanah.

3.2.5 Data Hasil Percobaan

Kedalaman (cm)
Jenis Plastisitas
Deskripsi Tanah
0 – 20
Rendah
Tanah humus berwarna coklat kehitaman lunak berbutir kasar kering.
20 - 40
Sedang
Berwarna coklat kehitaman agak liat berbutir halus.
40 – 60


Sedang
Tanah lempung berwarna kekuningan.
60 - 80


Tinggi
Tanah lempung berwarna kuning kemerahan, berbutir halus.
80 - 100
Tinggi
Tanah lempung berwarna kemerahan berbutir halus liat.


3.2.6 Kesimpulan

Dari hasil percobaan diperoleh kesimpulan :
1. Semakin dalam kedalaman tanah, maka sifat atau tingkat plastisitas tanah akan semakin tinggi.
2. Warna tanah dari kedalaman 20 cm sampai 100 cm,  masing-masing memiliki warna yang berbeda dan plastisitas yang berbeda pula.
3. Pengeboran dengan menggunakan tabung sampel dilakukan pada kedalaman mencapai 1,00 m dan diperoleh deskripsi tanah berupa tanah lempung, berwarna kemerahan, liat, dan berbutir halus.






Peta Lokasi Uji Hand Bore

 





















3.3 Uji Kadar Air

1. Tujuan

Untuk mengetahui kadar air tanah, yaitu perbandingan antara berat air yang terkandung dalam tanah dengan berat butir tanah kering, dinyatakan dalam persen.

2. Bahan

1. Sampel tanah yang akan diuji seberat antara 30-50 gram.
2. Air secukupnya.

3. Peralatan

1.  Container sebanyak 3 buah.
2.  Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram.
3.  Oven.
4.  Desicator (alat pendingin).

4. Langkah Kerja

1. Menimbang ketiga container beserta tutupnya dalam keadaan bersih dan kering. Beri nomor atau tanda.
2. Memasukkan sampel tanah yang akan diuji ke dalam container dan segera ditutup.
3. Menimbang container yang telah berisi sampel tanah.
4. Membuka tutup container dan masukkan ke dalam oven pada temperatur 105oC selama 24 jam.
5. Setelah dikeringkan dalam oven, memasukkan container tersebut ke dalam desicator. Ini dimaksudkan untuk menghindari penyerapan uap air dari udara selama proses pendinginan berlangsung.
6. Menimbang container beserta tanah yang telah kering.

5. Data Hasil Percobaan

No. Container
Wc (gr)
Wcs (gr)
Wds (gr)
1
11,59
29,28
24,13
2
11,18
30,27
24,30
3
9,45
28,04
22,46

Keterangan :
Wc   = Berat container
Wcs  = Berat container + berat sampel, sebelum dioven
Wds  = Berat container + berat sampel, setelah dioven
6. Perhitungan

a. Berat Air (Ww) = Wcs – Wds
·               Sampel 1 = 29,28 – 24,13 = 5,15  gr
·               Sampel 2 = 30,27 – 24,30 = 5,97  gr
·               Sampel 3 = 28,04 – 22,46  = 5,58 gr

b. Berat Tanah Kering (Ws) = Wds – Wc
·         Sampel 1 = 24,13 – 11,59  = 12,54 gr
·         Sampel 2 = 24,30 – 11,18  = 13,12 gr
·         Sampel 3 = 22,46 – 9,45   = 13,01 gr

c. Kadar Air () %
·         Sampel 1,  %
·         Sampel 2,  %
·         Sampel 3,  %

Kadar Air Rata-rata
                  
                     %
d. Koreksi Kadar Air
K  =  
K1 =  %
K2 =  %
K3 =  %
7. Pembahasan

Dari hasil perhitungan dan data percobaan di atas, didapat :

Tabel Hasil Perhitungan
No.
Berat Air (Ww)
Berat tanah Kering (Ws)
Kadar Air ()
Selisih (K)
1
5,15  gr
12,54 gr
41,0686 %
5,5617 %
2
5,97  gr
13,12 gr
46,5030 %
6,9349 %
3
5,58  gr
13,01 gr
42,8901 %
1,3730 %



3.3.8 Kesimpulan

1. Dari hasil percobaan diperoleh kadar air, 1 = 41,0686 %, 2 = 46,5030 %, 3 = 42,8901 %. Jadi kadar air rata-rata yang dikandung tanah adalah 43,4872 %.
2. Nilai kadar air yang disyaratkan adalah berada di bawah  5 %, namun kadar air yang didapatkan yang memenuhi syarat hanya sampel III sebesar 1,3730 %. Sampel I dan sampel II memiliki kadar air di atas 5 %.
3. Nilai kadar air sebesar 43,4872 % menandakan bahwa tanah lokasi percobaan banyak mengandung air.
4. Dari data hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa kadar air yang dikandung tanah dapat dipengaruhi oleh jenis tanah dan pengauapan udara yang masuk ke tanah.











3.4 Uji Analisa Saringan (Sieve Analysis Test)

3.4.1 Tujuan

Untuk mengetahui persentase ukuran butiran tanah dan susunan butiran tanah (gradasi) dari suatu jenis tanah yang tertahan di atas saringan no. 200 ( 0,075 mm).

3.4.2 Bahan

5. Sampel tanah yang telah dikeringkan sebanyak 500 gram.
6. Air bersih.

3.4.3 Peralatan

1.  Saringan (sieve) 1 set.
2.  Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram.
3.  Mesin penggetar.
4.  Kuas halus.
5.  Oven.
6.  Pan.

3.4.4 Langkah Kerja

1.    Mengambil sampel tanah sebanyak 500 gram.
2.    Memeriksa kadar air tanah.
3.    Mencuci tanah di atas ayakan no.200 sampai bersih, sehingga yang tertinggal di atas saringan hanya merupakan partikel atau butiran tanah kasar.
4.    Mengoven sisa tanah yang tertahan di atas saringan no.200 selama 24 jam dengan temperatur 105-110oC.
5.    Mendinginkan tanah dengan desicator.
6.    Membersihkan masing-masing saringan beserta pan alas yang akan digunakan. Lalu menimbang masing-masing saringan dan menyusunnya sesuai standar yang dipakai.
7.    Meletakkan susunan saringan di atas mesin penggetar.
8.    Memasukkan sampel tanah ke dalam susunan yang paling atas dan menutupnya dengan rapat.
9.    Mengencangkan penjepit susunan saringan pada mesin penggetar.
10.  Menghidupkan mesin penggetar selama  15 menit.
11.  Mematikan mesin setelah penggetaran dan membiarkannya selama 5 menit agar debu-debu mengendap.
12.  Menimbang masing-masing saringan beserta sampel tanah yang tertahan di atas saringan.
13.  Membersihkan masing-masing saringan dengan kain halus secara perlahan-lahan sehingga seluruh butiran tanah bersih dari saringan.

3.4.5 Data Hasil Percobaan

No. Saringan
Berat Tanah Tertahan (gram)
10
18.52
20
10.85
30
2.77
40
2.04
60
5.28
80
0.11
100
1.58
120
0.94
200
0.91
Pan
0.83
Jumlah
43.83

3.4.6 Perhitungan

1.Persentase berat tertahan
Saringan no. 10    =  x 100 %
                    =  x 100 %
                   = 42.254 %
Saringan no. 20    =  x 100 %
                    =  x 100 %
                    = 24,755 %
Saringan no. 30    =  x 100 %
                    =  x 100 %
                   = 6,32 %
Saringan no. 40    =  x 100 %
                    =  x 100 %
                   = 4,654 %
Saringan no. 60    =  x 100 %
                    =  x 100 %
                   = 12,047 %
Saringan no. 80    =  x 100 %
                    =  x 100 %
                   = 0,251 %
Saringan no. 100   =  x 100 %
                    =  x 100 %
                   = 3,605 %
Saringan no. 120   =  x 100 %
                    =  x 100 %
                   = 2,145 %
Saringan no. 200   =  x 100 %
                    =  x 100 %
                   = 2,076 %
Pan  =  x 100 %
=  x 100 %
= 1,893 %

2.Persentase Komulatif =  persentase berat tertahan
Saringan no. 10    = 42,254 %
Saringan no. 20    = 42,254 % + 24,755 %
= 67,009 %
Saringan no. 30    = 67,009 % + 6,32 %
                   = 73,329 %
Saringan no. 40    = 73,329 % + 4,654 %
                   = 77,983 %
Saringan no. 60    = 77,983 % + 12,047 %
                   = 90,030 %
Saringan no. 80    = 90,030 % + 0,251 %
                   = 90,281 %
Saringan no. 100   = 90,281 % + 3,605 %
                   = 93,886 %
Saringan no. 120   = 93,886 % + 2,145 %
                   = 96,031 %
Saringan no. 200   = 96,031 % + 2,076 %
                   = 98,107 %
Pan  = 98,107 % + 1,893 %
     = 100 %

3. Persentase Lolos = 100 % - % Komulatif tertahan
Saringan no. 10    = 100 % - 42,254 %
                   = 57,746 %
Saringan no. 20    = 100 % - 67,009 %
= 32,991 %
Saringan no. 30    = 100 % - 73,329 %
                   = 26,671 %
Saringan no. 40    = 100 % - 77,983 %
                   = 22,017 %
Saringan no. 60    = 100 % - 90,030 %
                   = 9,970 %
Saringan no. 80    = 100 % - 90,281 %
                   = 9,719 %
Saringan no. 100   = 100 % - 93,886 %
                   = 6,114 %
Saringan no. 120   = 100 % - 96,031 %
                   = 3,969 %
Saringan no. 200   = 100 % - 98,107 %
                   = 1,893 %
Pan  = 100 % - 100 %
     = 0 %

Dari grafik Sieve Analysis, dapat ditentukan nilai :
D10   = 0,26
D30   = 0,75
D60   = 2,45

4. Koefisien Keseragaman (Cu) :
Cu =  =  = 9,423

5. Koefisien Gradasi (Cc) :
Cc =  =  0,883

No. Saringan

Berat Tertahan

Persentase tertahan (%)

Persentase Komulatif (%)

Persentase Lolos (%)

18.52
42.25
42.25
57.75
20
10.85
24.75
67.00
33.00
30
2.77
6.32
73.32
26.68
40
2.04
4.65
77.98
22.02
60
5.28
12.05
90.03
9.97
80
0.11
0.25
90.28
9.72
100
1.58
3.60
93.88
6.12
120
0.94
2.14
96.03
3.97
200
0.91
2.08
98.10
1.90
Pan
0.83
1.89
100.00
0.00

3.4.7 Kesimpulan

Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Semakin kecil diameter saringan, maka akan semakin kecil pula persentase tanah yang lolos.
2. Dari perhitungan didapatkan nilai koefisien keseragaman (Cu) sebesar 9,423 dan nilai koefisien gradasi (Cc) sebesar 0,883.
3. Nilai koefisien gradasi yang sebesar 0,883 menandakan bahwa sampel tanah tersebut bergradasi kurang baik. Karena nilai Cc yang dikatakan baik apabila berkisar antara 1 – 3.
4. Persentase lolos terbesar terjadi pada saringan no. 10, yaitu sebesar 57,75 %.
5. Persentase tertahan terbesar terjadi pada saringan no. 10, yaitu sebesar 42.25 %.
















Grafik Analisa Saringan


     Analisa Hidrometer (Hidrometer Analysis Test)

     Tujuan

Untuk menentukan pembagian ukuran butiran (gradasi tanah) yang lolos saringan no. 200 (0,074 mm).

3.5.2 Bahan

1. Tanah yang lolos ayakan no. 200.
2. Air Bersih.

3.5.3           Peralatan

1.    ASTM Soil Hidrometer (151 H atau 152 H).
2.    Mixer.
3.    Tabung gelas ukuran kapasitas 1000 ml.
4.    Thermometer 0 – 50oC.
5.    Neraca dengan ketelitian 0,01 gram.
6.    Oven.
7.    Tabung gelas ukuran 50 ml – 100 ml.
8.    Cawan pengaduk.
9.    Stopwatch.
10.  Larutan Na2 dan SiO3 (Sodium Silikat).
11.  Desikator.
12.  Aquadest.
3.5.4           Langkah Kerja

1.   Menimbang sampel tanah yang lolos saringan no. 200 sebanyak 50 gram.
2.   Mencampur sampel tanah dengan sodium silikat sebanyak 10 cc kemudian mengaduknya dengan mixer.
3.   Menuangkan aquadest sebanyak 500 ml ke dalam mixer.
4.   Mengaduk campuran selama 15 menit.
5.   Memasukkan adukan hasil mixer ke dalam gelas ukur dan menambahkan aquadest hingga 1000 ml.
6.   Menutup gelas ukur dengan telapak tangan kemudian mengocoknya selama satu menit.
7.   Meletakkan gelas ukur di tempat yang rata, kemudian memasukkan hydrometer dan membiarkannya terapung bebas dan secara bersamaan menekan stopwatch.
8.   Melakukan pembacaan nilai R1 dan L pada menit ke 2.
9.   Mengangkat hydrometer dan membersihkannya dengan aquadest kemudian memasukkannya ke dalam tabung yang hanya berisi aquadest dan bersuhu sama dengan tabung percobaan.
10. Memasukkan kembali hydrometer ke dalam tabung percobaan dan melakukan pembacaan R1 dan L pada menit ke 5, 15, 30, 60, 120, dan pada 24 jam kemudian.
11. Memasukkan dan mengangkat hydrometer harus dilakukan secara cepat dan hati-hati, maksimal 10 detik.
12. Mengukur suhu campuran sekali dalam 15 menit pertama, kemudian pada setiap pembacaan berikutnya.
13. Mengendapkan adukan, kemudian memasukkannya ke dalam oven selama 24 jam.
14. Memasukkan tanah ke dalam desicator lalu menimbangnya.

3.5.5           Data Hasil Percobaan

Dari hasil percobaan didapat data-data sebagai berikut:
·         Koreksi Penurunan (R2)                   = 0,999
·         Koreksi Hidrometer 151 H (K)        = 0,01357
·         Berat Sampel tanah (M)                   = 50 gram
·         Berat jenis tanah (G)               = 2,395 gr/cm3
·         Berat jenis air (G1)                = 1 gr/cm3
·         Persentase lolos saringan no. 200   = 0,001
Waktu
R1
R2
R’
L
K
Suhu (oC)
1,011
0,999
0,01200
16,0
0,01357
26
5
1,0109
0,999
0,01190
16,0
0,01357
26
15
1,0107
0,999
0,01170
16,10
0,01357
26
30
1,0104
0,999
0,01140
16,105
0,01357
26
60
1,0103
0,999
0,01130
16,25
0,01357
26
120
1,01025
0,999
0,01125
16,3
0,01357
26
3.5.6           Perhitungan

a. Mencari nilai D
D = K .
·         Untuk waktu 2 menit  :
D = 0,01357 .   = 0,0384 mm
·         Untuk waktu 5 menit  :
D = 0,01357 .   = 0,0243 mm
·         Untuk waktu 15 menit :
D = 0,01357 . = 0,0141 mm
·         Untuk waktu 30 menit :
D = 0,01357 . = 0,00994 mm
·         Untuk waktu 60 menit :
D = 0,01357 .      = 0,00706 mm
·         Untuk waktu 120 menit :
D = 0,01357 . = 0,005 mm

b. Mencari K2
K2 =  x G(G-GL)
     =  x 2,395(2,395-1)
     = 6682,05 %
c. Mencari P
P = K2 x R’
·         Untuk waktu 2 menit  :
P = 6682,05 x 0,01200 = 80,185 %
·         Untuk waktu 5 menit  :
P = 6682,05 x 0,01190 = 79,516 %
·         Untuk waktu 15 menit :
P = 6682,05 x 0,01170 = 78,18 %
·         Untuk waktu 30 menit :
P = 6682,05 x 0,01140 = 76,175 %
·         Untuk waktu 60 menit :
P = 6682,05 x 0,01130 = 75,507 %
·         Untuk waktu 120 menit :
P = 6682,05 x 0,01125 = 75,173 %

d. Mencari Pk
Pk = P x Persentase lolos saringan no. 200
·         Untuk waktu 2 menit :
Pk = 80,185 x 0,001 = 0,0802 %
·         Untuk waktu 5 menit :
Pk = 79,516 x 0,001 = 0,0795 %

·         Untuk waktu 15 menit :
Pk = 78,18  x 0,001 = 0,0782 %
·         Untuk waktu 30 menit :
Pk = 76,175 x 0,001 = 0,0762 %
·         Untuk waktu 60 menit :
Pk = 75,507 x 0,001 = 0,0755 %
·         Untuk waktu 120 menit :
Pk = 75,173 x 0,001 = 0,0752 %

Tabel Hsil Perhitungan
Waktu (menit)
R1
R2
R’
K (%)
D (mm)
P (%)
PKoreksi (%)
2
1,011
0,999
0,01200
6682,05
0,0384
80,185
0,0802
5
1,0109
0,999
0,01190
6682,05
0,0243
79,516
0,0795
15
1,0107
0,999
0,01170
6682,05
0,0141
78,18
0,0782
30
1,0104
0,999
0,01140
6682,05
0,00994
76,175
0,0762
60
1,0103
0,999
0,01130
6682,05
0,00706
75,507
0,0755
120
1,01025
0,999
0,01125
6682,05
0,005
75,173
0,0752


        Kesimpulan

Dari hasil percobaan dan perhitungan diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Nilai finer berbanding terbalik dengan waktu, semakin lama waktu maka semakin kecil nilai finer.
2. Pada persamaan hydrometer dapat diketahui ukuran butir tanah yang lolos saringan no. 200 serta jenis tanahnya.
3. Berdassrkan klasifikasi ASTM D 422-39 dan JIS A 1204-50, tanah uji merupakan jenis lempung. Karena memiliki diameter butiran 0,0384 – 0,005 mm, yang memenuhi batasan pada klasifikasi ASTM dan JIS, yaitu :
·         Lempung   : 0,005 – 0,05 mm
·         Lanau     : 0,05  - 0,25 mm
·         Pasir     : 0,25  - 2,00 mm
·         Kerikil   : leih dari 2 mm
4. Berdasarkan ASTM dan AASHTO, tanah uji adalah bahan halus (A-4, A-5, A-7-5, A-7-6) dan tingkat sebagai dasar tanah merupakan berbutir halus sampai buruk.

























Grafik Pengujian Hidrometer

3.6    Berat Volume

3.6.1 Tujuan

Menentukan berat volume tanah basah dalam keadaan asli (undisturbed sample) yaitu perbandingan antara tanah dengan volume tanah.

3.6.2 Bahan

Sampel tanah yang diambil dengan alat boring (hand bore).

3.6.3           Peralatan

1. Ring contoh.
2. Pisau.
3. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram.
4. Alat pendorong sampel.
5. Oli.

3.6.4           Langkah Kerja

1. Membersihkan dan menimbang ring contoh lalu memberikan oli agar tanah tidak melekat pada ring.
2. Mencatat tinggi dan mengukur diameter ring.
3. Mengambil sampel tanah dari tabung contoh dengan cara menekan ring ke sampel tanah sehingga ring masuk ke dalam sampel tanah minimal sebanyak 3 buah sampel.
4. Meratakan permukaan tanah dengan pisau.
5. Menimbang ring dan tanah.

3.6.5           Data Hasil Percobaan

·         Berat Ring       = 37,57 gram
·         Diameter Ring    = 6,5 cm
·         Tinggi Ring      = 1,6 cm

Berat sampel tanah :
Ws1 = 153,26 – 37,57 = 115,690 gram
Ws2 = 152,64 – 37,57 = 115,070 gram
Ws3 = 159,59 – 37,57 = 122,020 gram

3.6.6           Perhitungan

a. Volume Ring
V = d2t
  = .3,14.6,52.1,6
  = 53,066 cm3

b. Berat Volume Basah
 2,180 gr/cm3
 2,168 gr/cm3
 2,299 gr/cm3
      
      = 2,216 gr/cm3

c.Berat Volume Kering

Kadar air () = 46,026 % = 0,46
 =  = 1,493 gr/cm3
 =  = 1,485 gr/cm3
 =  = 1,575 gr/cm3
    
  =
       = 1,518 gr/cm3

3.6.7           Pembahasan

Dari hasil perhitungan dan data percobaan di atas, didapat :
Tabel Hasil Perhitungan
No.
Ws (gr)
 (gr/cm3)
 (gr/cm3)
1.
115,690
2,180
1,493
2.
115,070
2,168
1,485
3.
122,020
2,299
1,575

3.6.8           Kesimpulan

Berdasarkan data hasil percobaan dan perhitungan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Nilai berat volume basah rata-rata sebesar 2,216 gr/cm3.
2. Nilai berat volume kering rata-rata sebesar 1,518 gr/cm3.
3. Hal yang mempengaruhi berat volume adalah berat sampel, diameter ring, dan tinggi ring tersebut.
4. Besarnya nilai berat volume basah dipengaruhi oleh besarnya volume pori tanah, yaitu volume udara dan volume air.
5. Besarnya nilai berat volume kering dipengaruhi oleh kadar air tanah. Semakin kecil kadar air tanah maka semakin besar berat volume kering, dan sebaliknya jika semakin besar kadar air tanah maka semakin kecil berat volume kering.







































1. Tujuan

Untuk menentukan kepadatan massa butiran atau partikel tanah, yaitu perbandingan antara berat butiran tanah dengan berat air suling dengan volume yang sama pada suhu tertentu.

2. Bahan

1. Sampel tanah yang lolos saringan no. 40 dan telah dikeringkan melalui oven seberat 25-50 gram sebanyak 3 sampel.
2. Air bersih atau air suling.

 Peralatan

1. Picnometer (labu ukur) sebanyak 3 buah.
2. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram.
3. Thermometer dengan ketelitian 0,1oC.
4. Boiler (tungku pemanas) atau hot plate.

4. Langkah Kerja

1. Menimbang picnometer kosong (W1) dalam keadaan bersih dan kering, termasuk tutup picnometer.
2. Memasukkan sampel tanah ke dalam picnometer.
3. Menimbang picnometer beserta tanah kering (W2).
4. Picnometer yang berisi tanah diberi air  2/3 volume picnometer, kemudian dididihkan atau dipanaskan di atas tungku pemanas (boiler) atau hot plate. Hal ini dimaksudkan untuk menghilangkan udara di dalam butir tanah.
5. Setelah mendidih (butir-butir udara hilang), picnometer didinginkan hingga temperatur picnometer sama dengan temperatur ruangan.
6. Menimbang picnometer yang berisi tanah dan air (W3).
7. Mengukur temperature air dalam picnometer (TC).
8. Membersihkan isi picnometer dari sampel tanah.
9. Mengisi picnometer dengan air hingga mencapai batas garis picnometer dan ditutup serta ditimbang (W4).

5. Data Hasil Percobaan

No.
No. Picnometer
I
II
III
1.
Berat Picnometer (W1)
55,31
57,62
57,43
2.
Berat Picnometer + Tanah Kering (W2)
72,32
74,82

74,47
3.
Berat Picnometer + Tanah + Air (W3)
164,4
167,05

166,72
4.
Berat Picnometer + Air (W4)
154,54
157,10

157,06


6. Perhitungan

Picnometer I
1. Berat Sampel tanah (Ws)   = W2 – W1
                             = 72,32 – 55,31
                             = 17,01 gram
2. Berat Air mula-mula (Ww1) = W4 – W1
                             = 157,54 – 55,31
                             = 99,23 gram
3. Berat Air setelah dididihkan (Ww2) = W3 – W2
    = 164,40 – 72,32
     = 92,08 gram
3. Berat Jenis (G = Gs)
Gs =  = 2,3790

Picnometer II
1. Berat Sampel tanah (Ws)   = W2 – W1
                             = 74,82 – 67,62
                             = 17,20 gram
2. Berat Air mula-mula (Ww1) = W4 – W1
                             = 157,10 – 57,62
                             = 99,48 gram
3. Berat Air setelah dididihkan (Ww2) = W3 – W2
= 167,05 – 74,82
= 92,23 gram

Picnometer III
1. Berat Sampel tanah (Ws)   = W2 – W1
                             = 74,47 – 57,43
                             = 17,04 gram
2. Berat Air mula-mula (Ww1) = W4 – W1
                             = 157,06 – 57,43
                             = 99,36 gram
3. Berat Air setelah dididihkan (Ww2) = W3 – W2
   = 166,72 – 74,47
     = 92,25 gram

4. Berat Jenis (G = Gs)
  =  
1 =     = 2,3790
2 =     = 2,3724
3 =     = 2,3790
 =     = 2,3534


*     Angka Pori (e)
e  =  - 1
   =  - 1
   = 1,8793

*     Derajat Kejenuhan
Sr =  x 100 %
   =  x 100 %
   = 54,0357 %

*     Porositas
n  =  =  = 0,6527


7. Pembahasan

Dari hasil perhitungan dan data percobaan di atas, didapat :
Tabel Hasil Perhitungan
Data
Picno I (gr)
Picno II (gr)
Picno III (gr)

Ws
Ww1
Ww2
Gs

55,31
99,23
92,08
2,3790

57,62
99,48
92,23
2,3724

57,43
99,63
92,25
2,3089
8. Kesimpulan

Berdasarkan hasil percobaan, dapat diambil kesimpulan :
1. Nilai berat jenis rata-rata adalah 2,3534. Nilai ini sudah memenuhi standar ASTM D-854, yaitu berkisar antara 2 – 2,5.
2. nilai koreksi berat jenis untuk masing – masing percobaan adalah 1,0878 %, 0,08703 %, 1,8909 %. Nilai ini memenuhi standar yang telah ditetapkan yaitu sebesar < 5 %, sehingga dapat disimpulkan bahwa percobaan ini berhasil dan merupakan tanah yang baik.
3. Nilai angka pori sebesar 1,8793.
4. Derajat kejenuhan sebesar 54,0357 %.
5. Nilai porositas (n) sebesar 0,6527.
6. Nilai berat jenis tergantung pada kepadatan tanah, jika nilai berat jenis semakin besar maka kepadatan tanah akan semakin besar pula, dan nilai perlawanan tanah akan semakin kuat dan sebaliknya.






G. Uji Batas Cair (Liquid Limit Test)

1. Tujuan

Menentukan kadar air suatu jenis tanah pada batasan antara keadaan plastis dan keadaan cair, sesuai dengan ketentuan yang dikemukakan oleh Attenberg.

2. Bahan

1. Sampel yang telah dikeringkan di udara atau di oven.
2. Air bersih atau air suling 300 cc.

3. Peralatan

1.    Alat batas cair (mangkuk cassagrande).
2.    Alat pembuat alur (grooving tool) cassagrande untuk tanah yang lebih plastis.
3.    Alat pembuat alur (grooving tool) cassagrande untuk tanah yang kurang plastis.
4.    Apatula (untuk mengaduk sampel).
5.    Gelas ukur 100 cc.
6.    Kontainer 4 buah.
7.    Plat kaca.
8.    Porselin dish (mangkuk porselin).
9.    Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram.
10.  Oven.
11.  Ayakan no. 40 ( 0,42 mm).

4. Langkah Kerja

1.    Menghancurkan bongkahan sampel tanah dengan palu karet atau dengan tangan, dimaksudkan untuk memecahkan butir-butir tanah tetapi tidak melepaskan butir-butir tanah satu sama lain. Mengayaknya dengan saringan no. 40. Jika tanah terdiri dari partikel-partikel halus, sampel tanah tidak perlu diayak lagi.
2.    Mengatur tinggi jatuh mangkuk cassagrande sebesar 10 mm(1 cm) yaitu membandingkan dengan tebal ujung tungkai pembuat alur (grooving tool) ASTM yang tepat masuk antara dasar dasar mangkuk dan alas.
3.    Mengambil sampel tanah yang lolos saringan no. 40 sebanyak 150 – 200 gram, dan meletakkan di atas plat kaca atau memasukkan ke dalam porselin dish.
4.    Memberikan air sedikit demi sedikit danh mengaduknya sampai merata dengan alat spatula sehingga terbentuk adonan atau pasta homogen.
5.    Memasukkan adonan tanah ke dalam mangkuk cassagrande dengan spatula. Meratakannya dengan spatula sehingga permukaannya sejajar dengan alas (mangkuk dalam posisi menyentuh alas).
6.    Membuat alur tepat di tengah mangkuk cassagrande dengan jalan membagi dua benda uji dalam mangkuk tersebut. Menggunakan grooving tool dengan posisi tegak lurus permukaan mangkuk.
7.    Memutar tuas pemutar (handle) mangkuk cassagrande dengan kecepatan 2 putaran/detik (dalam 1 detik mangkuk dua kali jatuh) sampai kedua sisi tanah bertemu (merapat) sepanjang 1/2” (13 mm) sambil menghitung jumlah putaran atau jumlah pukulan.
8.    Apabila jumlah pukulan :
a. Kurang dari 10 kali, berar tanah terlalu banyak air. Keringkan adonan tanah dengan mangaduk terus-menerus di atas plat kaca. Mengulangi langkah kerja 5 sampai langkah kerja 7.
b. Lebih dari 40 kali, berarti tanah kekurangan air. Melakukan langkah kerja sampai langkah kerja 7.
c. Antara 10 kali hingga 40 kali, melanjutkan langkah 10.
9.    Memperhatikan hal-hal berikut :
a. Setiap penggantian adonan tanah, harus membersihkan mangkuk cassagrande.
b. Mengerjakan langkah 4 sampai langkah 8 dengan cepat, untuk menghindari penguapan air.
10.  Mengambil adonan tanah di bagian tengah mangkuk cassagrande kira-kira sebesar ibu jari, dan memasukkan ke dalam container dan menutup rapat serta menimbangnya. Melakukan langkah kerja 10 seperti percobaan kadar air.
11.  Melakukan langkah kerja 4 sampai langkah kerja 10, sehingga memperoleh 4 keadaan adonan yang jumlah pukulannya 2 di bawah 25 dan 2 di atas 25. Minimal 4 macam kadar air dan jumlah pukulannya yang berbeda.

5. Data Hasil Percobaan

No.
Pukulan
Wc (gr)
Wcs (gr)
Wds (gr)
1.
10
10,29
19,28
16,64
2.
21
9,45
16,44
14,39
3.
34
8,88
24,11
19,53

Keterangan :
Wc   = Berat container (gr)
Wcs  = Berat container + Berat tanah basah (gr)
Wds  = Berat container + Berat tanah kering (gr)


6. Perhitungan

1. Berat Air (Ww)
Ww  = Wcs – Wds
Ww1 = 19,28 – 16,64 = 2,64 gr
Ww2 = 16,44 – 14,39 = 2,05 gr
Ww3 = 24,11 – 19,53 = 4,58 gr

2. Berat Tanah Kering (Wd)
Wd  = Wds – Wc
Wd1 = 16,54 – 10,29 = 6,35  gr
Wd2 = 14,39 – 9,45  = 4,94  gr
Wd3 = 19,53 – 8,88  = 10,65 gr

3. Kadar Air ()
 =  x 100 %
 =  x 100 % = 41,57 %
 =  x 100 % = 41,49 %
 =  x 100 % = 43 %
   
    = 42,02 %

4. Nilai Batas Cair (LL)
LL  =
LL1 =  = 37,20 %
LL2 =  = 40,62 %
LL3 =   =  44,54  %

= 40,79 %

7. Kesimpulan

Berdasarkan perhitungan dan percobaan yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Kadar air rata-rata diperoleh sebesar 42,02 %.
2. Batas cair rata-rata didapatkan sebesar 40,79 %.
3. Besarnya nilai batas cair tergantung pada besarnya nilai kadar air. Semakin besar nilai kadar air, maka akan semakin besar pula nilai batas cairnya, begitu juga sebaliknya.
4. Berdasarkan grafik kurva aliran (flow curve) dapat ditentukan nilai batas cair pada ketukan 25, yaitu sebesar 42 %.
5. Sampel tanah yang diuji memiliki sifat plastis yang rendah karena memiliki nilai plastis di bawah 50 %.


























Grafik Hubungan Antara Jumlah Pukulan dan Kadar Air.


H. Uji Batas Plastis (Plastic Limit Test)

1. Tujuan

Menentukan kadar air suatu jenis tanah pada keadaan batas antara leadaan plastis dan keadaan semi padat sesuai dengan ketentuanyang dikemukakan oleh Attenberg.

2. Bahan

1. Sampel tanah sebanyak 100 gram yang telah dikeringkan.
2. Air bersih atau air suling sebanyak 50 cc.

3. Peralatan

1. Plat kaca ukuran 10 x 10 cm atau 30 x 30 cm.
2. Spatula.
3. Gelas ukur 100 cc.
4. Kontainer sebanyak 3 buah.
5. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram.
6. Oven.

4. Prosedur Percobaan

1. Menghancurkan bongkahan sampel tanah dengan palu karet atau dengan tangan, dimaksudkan untuk memecahkan butir-butir tanah tetapi tidak melepaskan butir-butir tanah satu sama lain. Mengayaknya dengan saringan no. 40. Jika tanah terdiri dari partikel-partikel halus, sampel tanah tidak perlu diayak lagi.
2. Mengambil sampel tanah kira-kira sebesar ibu jari dan membulatkannya, kemudian digulung-gulung di atas plat kaca dengan telapak tangan sehingga terbentuk batang yang memanjang, yang semakin lama semakin mengecil mencapai diameter 1/8” atau 3 mm sampai retak-retak atau putus-putus.
3. Memperhatikan saat menggulung sampel tanah :
a. Bila retak-retak terjadi pada diameter lebih dari 3 mm, maka menambahkan air dan mengaduk kembali. Mengulangi langkah kerja 2.
b. Bila retak terjadi pada diameter lebih kecil dari 3 mm, mengaduk dan menggulung-gulung kembali supaya menjadi lebih kering hingga mencapai diameter 3 mm.
4. Mengambil bagian tanah yang berdiameter 3 mm, memasukkan ke dalam masing-masing container, menutup rapat dan menimbangnya. Melakukan langkah kerja 4 seperti pada pengujian kadar air tanah.


5. Data Hasil Percobaan

No.
Wc (gr)
Wcs (gr)
Wds (gr)
1.
14,21
32,62
27,28
2.
9,55
30,34
24,14
3.
9,89
28,38
22,79

Keterangan :
Wc   = Berat container (gr)
Wcs  = Berat container + Berat tanah basah (gr)
Wds  = Berat container + Berat tanah kering (gr)

6. Perhitungan

1. Berat Air (Ww)
Ww  = Wcs – Wds
Ww1 = 32,62 – 27,29 = 4,83 gr
Ww2 = 30,34 – 24,14 = 6,2  gr
Ww3 = 28,38 – 22,79 = 5,59 gr

2. Berat Tanah Kering (Wd)
Wd  = Wds – Wc
Wd1 = 27,29 – 14,21 = 13,58 gr
Wd2 = 24,14 –  9,55 = 14,59 gr
Wd3 = 22,79 –  9,89 = 12,90 gr

3. Batas Plastis (PL)
 x 100 %
 x 100 % = 35,5670 %
 x 100 % = 42,4949 %
 x 100 % = 43,333 %

 
  = 40,4651 %

5. Plastic Index (PI)
PI  = LL – PL
PI1 = 42,215 – 35,5670 = 6,6480 %
PI2 = 42,215 – 42,4949 = 0,2799 %
PI3 = 42,215 – 43,3333 = 1,1183 %
    
     = 1,7499 %
6. Liquidity Index (LI)
 
 = 0,9707 %

 = 1,6967 %
 = 1,1744 %
 
  = 1,2806 %
7. Kesimpulan

Dari percobaan dan perhitungan yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Nilai batas plastis (PL) adalah sebesar 40,4651 %.
2. Nilai Plastic Index (PI) adalah sebesar 1,7499 %.
3. Nilai Liquidity Index (LI) didapatkan sebesar 1,2806 %.
4. Nilai batas plastis tergantung dari besarnya kadar air dari tanah yang sedang diuji.
























Grafik Plastisitas